Mazmur
68:3 "Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api,
demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah"
Pernyataan
ini menimbulkan pertanyaan besar. Sungguhkah orang fasik, orang yang
tidak menuruti kehendak Tuhan, orang yang jahat, binasa di hadapan
Allah? Pemazmur yang lain memperhatikan orang fasik dan yang dilihatnya
begini: Aku, sedikit lagi maka kakiku terpeleset, nyaris aku
tergelincir. Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat
kemujuran orang-orang fasik. Sebab kesakitan tidak ada pada mereka,
sehat dan gemuk tubuh mereka; mereka
tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti
orang lain. (Mazmur 73:2-5). Orang fasik mujur. Mereka tidak sakit;
sehat dan gemuk tubuh mereka. Ini pemahaman Asaf pada awal.
Pemazmur
dalam fasal 68 ini yaitu Daud, mengatakan: orang fasik binasa di
hadapan Allah. Allah mengusir mereka pergi, seperti asap yang ditiup dan
menghilang. Seperti lilin meleleh di dalam api, begitulah orang jahat
lenyap dari hadapan Allah.
Daud memahami kefasikan dengan berbeda dari pemahaman awal Asaf pada Mazmur 73. Barulah di bagian akhir Mazmurnya ini Asaf mengatakan:
Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka
sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis
oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan,
pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina. (Mazmur 73:18-20).
Bagaimana
dengan kita sekarang ini? Bagaimana keyakinan kita akan tindakan Allah
terhadap orang fasik, orang yang tidak menuruti perintah Allah, orang
yang jahat? Bagaimana keyakinan kita akan tindakan Allah terhadap
mereka? Kita mendengar ada orang yang korupsi tetapi tidak diapa-apakan.
Ada gembong narkoba, pemilik pabrik, hukuman yang dijatuhkan pengadilan
terhadapnya ringan saja. Sering kita dengar orang berkata: “enaklah
orang itu”. Sebenarnya dengan berkata demikian, di dasar hati kita yang
terdalam ada niatan seperti mereka. Korupsi
sajalah, berbuat jahatlah, asal tidak dihukum berat. Dan itu enak.
Begitukah? Patutlah kita merenungkan apa yang terjadi pada bangsa kita
ini? Banyak orang yang berhati fasik; ada yang sudah ddilakukan; ada
yang masih terpendam.
Marilah
kita merenungkan apa yang dikatakan seorang penulis terkenal “kalau
saya tidak bisa memberantas korupsi, paling tidak saya tidak ikut
korupsi.” Untuk hal kefasikan, marilah kita mengatakan “kalau saya tidak
bisa memberantas kefasikan, paling tidak saya tidak ikut berbuat
fasik.”
Alangkah
hebatnya kebaikan di Indonesia ini kalau orang Kristen bisa bersikap
seperti penulis tadi. Tidak ada orang Kristen yang tersangkut korupsi.
Tidak ada orang Kristen yang ikut-ikutan mengedarkan apalagi memproduksi
narkoba. Keadaan Indonesia ini akan sangat berobah menuju keadaan yang
baik.
Marilah
kita mulai dari diri sendiri tidak berbuat fasik. Kemudian kita
membangun kelompok orang-orang yang tidak berbuat fasik atau kejahatan.
Source