Kini kami menyediakan Fitur Link Exchange. Bagi yang ingin Web/Blog nya dipasang di Blog Kami silahkan klik disini.
Senin, 26 November 2012

Renungan : Kita Berasal Dari Allah


Sebagai makhluk sosial, anggota masyarakat, kita sering menanyakan asal-usul seseorang; dari mana kota asal, apa suku, latar belakang keluarganya, dan sebagainya. Seolah-olah ingin menyatakan asal-usul yang jelas akan menolong memahami/mengenal seseorang. Surat 1 Yohanes menegaskan mengenai asal-usul kita, bukan orang lain; asal-usul orang percaya, bukan yang tidak percaya. “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah” (1 Yoh. 5:19). Kita harus mengetahui siapa kita, mengenal identitas diri, sebab identitas berguna agar orang tahu mengharapkan apa dari kita. Orang Kristen sering sekali dianggap mengutamakan kasih sebab kasih ajaran etis yang utama. Jika kita mengabaikannya orang akan sinis. ”Katanya orang Kristen mengutamakan kasih tetapi mengapa mereka suka bertikai”, demikian kira-kira pikiran orang lain.

Disadari bahwa orang Kristen bukan manusia super yang tidak akan terpengaruh. Kita mudah tergoda meniru dunia. Kita mengaku Kristen tetapi perilaku tidak berbeda dari orang-orang duniawi yakni ikut-ikutan, menuruti hawa nafsu, materialistis, sombong, dan egois. Orang yang berasal dari Allah atau lahir dari Allah “tidak berbuat dosa”. Maksudnya, orang yang berasal dari Allah, orang yang percaya pada Kristus, akan menjauhkan diri dari perilaku dosa. Ia akan selalu mengandalkan Kristus dalam bertindak. Ia akan meneladani Yesus yang penuh kasih, taat kepada perintah Allah Bapa dan rela mengorbankan diri demi keselamatan umat manusia. Orang Kristen tidak boleh tunduk pada kejahatan. Tetapi dari diri kita sendiri kita tidak mampu melawan “kuasa si jahat”. Kita mesti bertumbuh terus, bertumbuh menjadi makin dewasa, untuk memperoleh pengertian sejati tentang yang benar dari dalam Anak Allah, Yesus Kristus. 

Iman yang dewasa, yang tangguh akan dapat melawan segala berhala. Berhala itu sekarang berbentuk memuja kekuasaan, kemakmuran, kenikmatan, keberhasilan dan berhala terbesar sekarang adalah kepentingan diri sendiri. Ini ciri-ciri manusia lama, yang hanya melampiaskan keinginan memuaskan diri sendiri, menghalalkan semua cara (Band. Kol. 3:5-17). Manusia baru “tidak berbuat dosa”. Artinya, tidak mencurahkan pikiran dan energi untuk hal-hal yang sia-sia yang akhirnya akan membawa maut (Band. 1 Yoh. 1 : 18). Marilah terus menerus bertumbuh menuju iman yang dewasa dengan menghayati firman Allah. Kita dipanggil untuk mengubah dunia bukan diubah oleh dunia. Posisi ini digambarkan dengan beberapa istilah: terang, garam, kebenaran, kasih, dan lain-lain.

Kalau dunia (masyarakat) tidak menyukai orang-orang percaya yang hendak mereka tentang ialah prinsip-prinsip ilahi atau kehendak Allah, yang berbeda sekali dari prinsip-prinsip dunia. “Prinsip umum” dunia ialah: “utamakan diri anda”, “jangan mau mengalah”, “jangan mau dirugikan”, “yang utama tujuan bukan cara”, dan sebagainya. Inilah kecenderungan dunia! Kita harus sadar kecenderungan umum manusia ini agar kita tidak menerimanya; malahan harus dilawan. Sebab mengutamakan diri sendiri tidak peduli pada firman Allah, itulah penyembahan berhala. (Pdt. Dr. Einar M. Sitompul)

Langkah Menulis Komentar :

[1] Di Bagian "Berikan Komentar Sebagai". Klik Name/URL
[2] Nama : Isi Dengan Nama Anda
[3] URL : Isi Dengan Alamat e-mail / Website / Facebook / Twitter Anda
[4] Tulis Komentar anda Pada Kotak Kosong
[5] Klik Publikasikan

Harap Menjaga Sopan Santun Dalam Memberi Komentar / Kritik / Saran.
Terimakasih..
Jesus Bless Us..

Our Instagram Gallery