Kini kami menyediakan Fitur Link Exchange. Bagi yang ingin Web/Blog nya dipasang di Blog Kami silahkan klik disini.
Selasa, 11 Desember 2012

Renungan : Tuhan, Gembala yang Baik.



Salah satu Mazmur paling indah ialah Mazmur 23. Sebuah perikop untuk “segala cuaca”, selalu “menyentuh” perasaan baik di kala suka dan duka. Ia berbicara tentang “realita kehidupan” orang percaya. Nas yang memaparkan berbagai situasi: padang rumput hijau, air yang tenang, jalan, hidangan, minyak, piala dan rumah. Semua yang kita cari, kita perjuangkan, untuk mereka kita bekerja keras; sekarang ini istilah-istilah itu mengambil bentuk penghasilan, gaji, bonus, makanan lezat, dan perumahan. Tetapi ia juga membuka fakta keseharian: lembah kekelaman, bahaya, dan lawan mereka adalah ketakutan, ancaman dan permusuhan. Semua ini tentu bukan hal baru: dari dulu sudah ada. Mungkin ketakutan, ancaman dan permusuhan sendiri sering kita alami. Mengapa? Sebab ketika kepastian semakin besar. Sering muncul tiba-tiba. Kita takut hari esok entah apa yang terjadi. Kita takut kalau-kalau kita sakit. Kita merasa tidak aman. Sikap permusuhan sulit dihindari. Selalu ada orang yang tidak suka melihat kita. Banyak juga yang merasa berkuasa menakut-nakuti orang lain, bahkan mengancam.
Pemazmur sadar sekali situasinya. Kita tahu Daud mempunyai segudang pengalaman pahit, diancam akan dibunuh, harus melarikan diri agar nyawanya selamat. Pengalaman Daud menyuarakan pengalaman setiap orang: takut, terancam dan dimusuhi. Tetapi ia juga menyanyikan sukacita orang-orang beriman, orang-orang yang meyakini penyertaan Tuhan. Ia mewakili kita mengungkapkan sukacita berjalan di belakang gembala, di belakang Tuhan, Gembala kita. Mungkin kita bertanya mengapa jemaat diibaratkan seperti domba? Apakah karena domba hewan manis, baik dan penurut? Tidak. Justru domba itu lemah, sering tersesat, mudah dimangsa, dan mudah berantem (diadu domba), jika tidak ada gembala mereka. Mereka sangat tergantung satu sama lain: hidup berkelompok, gembala dan domba sangat dekat Gembala mengenal mereka dengan baik. Ia memanggil domba-domba menurut nama masing-masing. Dan domba mengenal suara gembalanya. Gembala lain tidak akan mereka ikuti.
Sungguh indah metafora domba dan gembala ini. Gembala berjalan di depan, tahu kemana arah tujuan. Ia melihat padang rumput dan sungai dan akan melawan pemangsa. Domba akan hidup sejahtera: menempuh bahaya tanpa takut dan menikmati tuntunan gembala. Tuhan adalah gembala. Kristus kehadiran Allah sehingga kita melihat dan mengikuti-Nya tanpa ragu-ragu! (Pdt. Dr. Einar M. Sitompul)

Langkah Menulis Komentar :

[1] Di Bagian "Berikan Komentar Sebagai". Klik Name/URL
[2] Nama : Isi Dengan Nama Anda
[3] URL : Isi Dengan Alamat e-mail / Website / Facebook / Twitter Anda
[4] Tulis Komentar anda Pada Kotak Kosong
[5] Klik Publikasikan

Harap Menjaga Sopan Santun Dalam Memberi Komentar / Kritik / Saran.
Terimakasih..
Jesus Bless Us..

Our Instagram Gallery