Kini kami menyediakan Fitur Link Exchange. Bagi yang ingin Web/Blog nya dipasang di Blog Kami silahkan klik disini.
Kamis, 13 September 2012

Khotbah 22 Juli 2012

Ev. Efesus 2;11-22
2:11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
2:12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,

2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,
2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",
2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.
2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,
2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.


Pengantar
Secara umum, tema utama dari surat Paulus kepada jemaat Efesus adalah menyoroti tentang hubungan antara Kristus dan Gereja. Paulus menulis surat ini ketika berada dalam penjara ( Ef 3:1; Ef 4:1; 6:20), kemungkinan besar di Roma. Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam  Ef 1:15-17. Dengan tekun ia berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam kesatuan iman, kasih, hikmat, dan persekutuan yang benar.
Jemaat Efesus adalah jemaat di daerah Asia Kecil dimana kota Efesus adalah kota sentral dari Asia Kecil yang menjadi daerah perdagangan dan penduduknya mayoritas orang Yunani. Kota Efesus juga adalah pusat penyembahan Dewi Artemis dan pusat kebudayaan Yunani kuno pada saat itu. Orang-orang Yunani, ketika mereka bertobat menjadi Kristen tetap menjadi orang non- Yahudi. Ini menjadi kesulitan besar karena disatu pihak kekristenan dimulai dari orang Yahudi, dipihak lain orang non-Yahudi kemudian bertobat menjadi Kristen. Kondisi ini tidak mudah diselesaikan, ketika orang non-Yahudi bertobat dia mengalami kesulitan ketika ingin bersama-sama melayani dengan orang Yahudi dan hal ini disebabkan karena orang Yahudi dalam pola pikirnya masih sektarian. (bnd Ef 2:11). Mereka adalah orang yang begitu mementingkan diri dan kelompoknya sendiri dan juga begitu ketat menjaga silsilahnya supaya tidak tercemar sedikitpun. Akibatnya orang Yahudi seringkali meremehkan orang non-Yahudi dan ini juga yang menjadikan orang non Yahudi ketika bertobat menjadi orang Kristen sulit bergaul dengan orang Yahudi. Orang Yahudi merasa diri mereka hebat karena mereka adalah orang-orang bersunat sedangkan orang non-Yahudi tidak bersunat. Ini menjadi hambatan yang besar untuk mereka bisa bersatu.
Di tengah-tengah situasi seperti ini Paulus mengajarkan konsep kesatuan yang penting di dalam persekutuan anak-anak Tuhan. Melayani membutuhkan persatuan tetapi konsep kesatuan itu harus tepat. Jika masalah kesatuan ini salah dipahami akan menjadi bumerang bagi unsur kesatuan itu sendiri. Jika demikian kita harus menyelidiki kesatuan yang benar.

Penjelasan

  • Ay. 11-14, Istilah kata “ingat” sangat penting dalam nats ini (Yunani: mnemoneuo, Ing: remember, kata kerja), kata ingat, atau mengingat dalam hal ini merupakan evaluasi diri, upaya mengenal diri akan hidup masa lalu (hidup dalam dosa, hidup tanpa kristus, tanpa pengharapan, hidup menekanakan hal lahiriah), namun disisi lain hal mengingat juga melihat sisi positif bagaimana Tuhan memberikan anugerahnya oleh iman atas hidup masa lalu tersebut. Disinilah kita melihat anugerah Tuhan (charis), di dalam dan melalui Kristus manusia telah “ditarik, diangkat, ditebus” dengan harga yang mahal melalui darah Kristus yang tercurah di kayu Salib. Penebusan oleh Kristus telah membawa “syalom” dari hakikat diriNya sehingga kita dipersatukan satu dengan yang lain di dalam Tuhan, sehingga oleh penebusanNya tembok pemisah telah dihancurkan. Tembok pemisah itu ada karena orang Yahudi memahami konsep kesatuan dilihat dari dua sisi yaitu : Kesatuan lahiriah, yang menekankan kesatuan lahiriah melalui sunat. Dalam arti kalau sama-sama sudah di sunat berarti satu, dan yang tidak bersunat dianggap bukanlah bagian dari kelompok mereka dan Kesatuan Egosentrik, dimana orang Yahudi selalu menganggap kalau mereka adalah orang yang berhak mempunyai Tuhan dan Tuhan menjadi kepentingan bagi dirinya sendiri. Konsep ini begitu menguasai orang Yahudi dengan sifat egois. 
  • Ay.15-18, Melalui kematiaNya, maka kita telah ikut mati dalam kematianNya dan bangkit di dalam kebangkitanNya, dengan demikian di dalam kematianNya Yesus telah mengenapi Hukum Taurat, dan Hukum Taurat tidak lagi menjadi ukuran dan penentu manusia dibenarkan, karena hanya oleh anugerah Tuhanlah kita memperoleh status baru oleh iman, yaitu menjadi manusia baru dalam Kristus. Kristus datang membawa damai sejahtera bukan hanya kepada orang Yahudi (dekat) tetapi juga kepada orang non Yahudi (jauh). Oleh karena itu kekristenan tidak boleh dikotak-kotakkan oleh sikap eksklusifme tetapi harus ada dalam kesatuan yang benar. 
  • Ay. 19-22, Kesatuan yang benar menurut Paulus, yaitu : 
    1.  Kesatuan di dalam Kristus. Dimana Kristus sebagai Kepala dan kita semua mengarah kepada Kristus. Inilah kesatuan essensial yang ditetapkan oleh Tuhan. Ef 1:10 mengatakan, "Sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi." Ini yang menjadikan kita mengarahkan diri (head up) kepada Kristus sebagai Kepala, menjadikan Dia kepala dari segala sesuatu dan kita semua memandang kesana. Jadi yang mempersatukan kita adalah jika setiap anggota mengarahkan pikiran kepada Kristus dan hanya menjalankan apa yang Kristus perintahkan untuk kita lakukan. Ini kunci kita akan bersatu. Tanpa memperdulikan disebelah mana, anggota gereja mana, baju kita, kulit kita mungkin berbeda namun karena kita memandang kepada Kristus akan menimbulkan kesamaan gerak. Namun hal itu bukan berarti tidak ada perbedaan. Perbedaan pasti ada, namun di dalam perbedaan ini kita memiliki kesatuan yang indah. Kesatuan asasi terjadi waktu yang jauh dan yang dekat sama-sama mengarahkan diri menjadi “dekat” kepada Kristus. 
    2.  Kesatuan Spiritual. Kesatuan spiritual adalah kesatuan secara rohani terdiri dari orang-orang yang sudah ditebus oleh Tuhan secara global. Dalam ayat 19 dikatakan, "Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang melainkan kawan sewarga." Istilah sewarga disitu sebetulnya warga negara. Kita meskipun berbeda-beda, sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara kerajaan surga. Kesatuan seperti ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. 
    3.  Kesatuan Organisme. Ef 4:16, "Daripadanyalah seluruh tubuh rapih tersusun diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam bagian sesuai dengan kadar pelayanan tiap anggota. Menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih." Kesatuan disini digambarkan seperti tubuh manusia dan ini yang disebut organisme. Kesatuan organisme bukan organisasi. Karena tubuh menjadi satu kesatuan dan di dalamnya ada network yang hidup di dalamnya. Kesatuan sejati bukan hanya semua anggota tubuh lengkap melainkan kesatuan sejati dimana terjadinya relasi secara hidup. Ini berbeda dengan kesatuan organisasi. Dalam kesatuan organisasi tidak ada relasi secara kehidupan satu sama lain namun dalam kesatuan organisme kalau satu kena maka seluruh bagian harus merasakan. Di samping itu Alkitab berulang kali mengatakan damai sejahtera. Kehidupan yang penuh damai sejahtera itu akan menjadi bagian kita kalau persatuan yang sejati itu terjadi. Anak-anak Tuhan akan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.

 Renungan:
  • Nats ini menunjukkan bagaimana kita menjadi orang Kristen sejati. Menjadi Kristen sejati bukan karena keturunan atau tradisi. Orang Kristen sejati tidak hanya dilihat dari kehadiran dia di gereja, melakukan aktivitas-aktivitas pelayanan di gereja atau karena dia seorang hamba Tuhan full time. Orang Kristen sejati adalah orang yang sudah dikeluarkan dari kematian dan ditebus oleh darah Kristus. Bukan itu saja, dia juga sudah diberikan satu visi untuk mengerti panggilan Tuhan di dalam hidupnya. Jadi orang Kristen sejati adalah orang yang aktif karena dia tahu itu panggilan Tuhan dan tahu apa yang dia kerjakan dihadapan Tuhan. Orang Kristen sejati bukan hanya di dalam gereja tetapi di luar gerejapun dia sadar bahwa dia adalah umat tebusan Allah yang harus menjadi saksi Kristus. Kita diselamatkan untuk menjalankan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Dia mau kita hidup di dalamnya.
  • Di hadapan Tuhan kita adalah sama, maka sikap yang perlu kita bangun adalah bagaimana kita membangun relasi yang baik atas anugerah Tuhan, tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain, menghilangkan sikap primordialisme, bagaimana kita menempatkan diri kita terhadap orang lain
  • Bagaimana kita membangun kasih persaudaraan sebagai keluarga Allah (oikos), kesatuan dan persekutuan sebagai hakikat Gereja.  Tantangan yang paling sulit sekarang adalah kita sulit untuk berbeda pendapat, sehingga memicu konflik dan melahirkan kelompok dan golongan. Allah tidak menyukai adanya tembok, perseteruan diantara kita dengan meng klaim kita yang palin layak, dan paling benar dari pada orang lain. Baiklah kita menghilangkan paradigma lama dan hidup dalam paradigm baru sebagai anggota tubuh Kristus.
  • Dasar kesatuan kita hanya didalam Kristus yang telah mendamaikan dan mempersatukan kita dengan Allah dan sesama melalui darah Kristus. Dengan demikian orang yang percaya dengan Kristus, maka kita juga dapat menerima orang lain dengan segalaa kelebihan dan kekurangannya. Kita pasti memiliki perbedaan, baik latar belakang social, budaya, pendidikan, ekonomi, profesi dan sebagainya, namun bagaimana hal itu telah menjadi alasan bagi kita untuk membangun tembok, dan kelompok yang memicu perseteruan. Perbedaan bukan sesuatu yang harus kita perbincangkan, apalagi memperdebatkannya, karena akan memicu chaos dan konflik. Kita tidak perlu mengklaim diri kita lebih baik dari orang lain yang membangun sikap sombong. AMIN !

Langkah Menulis Komentar :

[1] Di Bagian "Berikan Komentar Sebagai". Klik Name/URL
[2] Nama : Isi Dengan Nama Anda
[3] URL : Isi Dengan Alamat e-mail / Website / Facebook / Twitter Anda
[4] Tulis Komentar anda Pada Kotak Kosong
[5] Klik Publikasikan

Harap Menjaga Sopan Santun Dalam Memberi Komentar / Kritik / Saran.
Terimakasih..
Jesus Bless Us..

Our Instagram Gallery