Kini kami menyediakan Fitur Link Exchange. Bagi yang ingin Web/Blog nya dipasang di Blog Kami silahkan klik disini.
Rabu, 30 Maret 2016

Cerpen: Jangan katakan itu oleh Anisa Agustina br. Simamora

Tema : Keluarga
Judul : Jangan katakan itu.
By: Anisa Agustina br. Simamora

Jangan Katakan Itu

Jangan katakan itu


Prrangg...prranngg..prranngg..
"Dasar gak berguna!"
"Kamu yang gak berguna!"
"Dasar istri tolol!"
Kalau saya istri tolol, kamu tidak akan bisa nikmatin penghasilanku!"

Plak!!
"Kamu menamparku? Kamu jahat! Kamu jahat! Jahat! Aku ingin cerai!"
"Tidak! Aku tidak akan menceraikanmu!"
"Jadi maumu apa?!"
"Sekali lagi kau bertanya, akan ku banting kau!"


Aku sangat ketakutan melihat papa dan mama bertengkar. Pecahan kaca ada di mana-mana. Aku dan adikku Vero bersembunyi di balik sofa. Papa pergi ke luar rimah dab mamam belum berhenti menangis. Vero ingin mendekati mama, tapi aku melarangnya karena aku takut mama melampiaskan amarahnya pada Vero, tapi tak lama dari itu mama memanggil kami.

"Kenapa bibir mama berdarah?"
"Ini bekas luka saja Vero sayang"
"Itu kena tam..." mama mencekal tanganku dan aku pun tidak melanjutkan perkataanku.
"Kenapa kita masih sama papa, Ma? Papa kan sudah jahat sama mama"
"Papa gak jahat Sania, hanya saja papa capek mungkin makanya dia marah-marah sama mama"
"Terus bibir mama?"
"Ahh..sudahlah, Gimana kalau kita buat bolu saja?"


2 tahun sudah berlalu, mama sangat cepat melupakan kenangan pahit itu tapi Vero selalu daja bertanya padaku tentang papa. 1 tahun lagi aku akan menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama ku. Mama sangat antusias dalam mengajariku. Aku tidak akan mengecewakan mama.
Hari ini papa datang ke rumah setelah dia pergi selama 2 bulan. Dia memintaku menyediakan makan siang untuknya. Aku menyediakannya tanpa bicara. Vero sedang mandi saat itu, tapi dia tidak membawa handuknya. Vero berteriak dari kamar mandi meminta handuk.


"Tidak bisakah kau menunggu"
"Berikan dulu handuknya"
"Aku lagi masak nanti masakan ini gosong"

Pranngg..prrang..pranng..
"Sudah ku bilang aku capek! Jangan memancing amarahku!"
"Bukannya aku tidak mau, tapi tunggu!
" Ada apa ini?"
"Memang istri tak berguna kau, ku lemparkan lah ini samamu?!"


Aku sangat takut karena papa akan melemparkan kursi itu pada mama. Aku menjerit berkata jangan. Sial! Bukannya menyelesaikan masalah malah bertambah parah.

"Sudah pandai kau melawanku!"
Plak..plak..plak..
"Kau menampar anak gadis? Di mana harga dirimu..haa?"
"Aku benci kau! Aku benci kau! Lebih baik aku mati! Lebih baik aku mati!"


Tangis ku pecah. Tanpa sadar pisau sudah ada di tanganku. Aku benci sekali dengannya. Dia menampar seorang gadis. Dia pergi meninggalkan rumah. Aku berharap dia tak akan kembali. Walauoun dia sudah pergi, aku masih berusaha menusukkan pisau itu ke tubuhku, tapi mama selalu berhasil mencegahnya. Mama memelukku dan aku tertidur dalam pelukan mama.
Walaupun hanya mama yang mencari nafkah, tapi kami tidak pernah tidaj brrkecukupan dan mama tidak pernah mengeluh. Dia selaly bersemangat apabila tidak ada papa.

"Selamat pagi, ini hari pertama kalian untuk melaksanakan MOS di SMA Falsafah. Kiranya selama MOS berlangsung kalian mengikutinya dengan baik. Paham?"
"Paham kak Randy."
Yang paling pojok sana paham?"


Aku merasa risih dengan tatapan mereka. Aku tidak tahu dan mengerti apa yang mereka bicarakan dari tadi. Aky sudah sangat tergelayut dalam novelku. 

"Kamu maju ke depan!"
"Saya?"
"Iya siapa lagi bego!"
"Jangan terlalu kasar ngomongnya Dinda."
"Habis dia bikin kesal sih Randy."
"Siapa nama kamu?"
"Nama saya Sania Falsafah"
"Apa yang kamu pegang itu?"
"Tidak ada kak Randy."
"Berikan pada ku."
"Tidak."


Aku membenci dia yah dia kakak kelas ku yang kejam iti bernama Dinda Lauwitrani. Aku dipermalukannya pada hari pertama MOS. Aku harap aku tidak bertemu dengannya lagi. Aku dikenal buruk oleh kelas X. Pada saat di kelas tidak ada yang mau duduk dan bicara dengan ku. Hampir setiap hari aku kesal dan bermuka muram hingga pulang ke rumah.
Ujian semester 1 sudah selesai dilaksanakan dan saatnya pembagian rapor. Aku kaget melihat hasil raporku. Mengapa aku bisa mendapatkan peringkat 1 dalam kelas? Padahal mereka adalah anak orang kaya. Aku kaget tapi kekagetan teman sekelas ku lebih besar.
Selesai dari itilah mereka semua mendekati ku. Aku menerimanya dengan wajar. Dulu aku pulang dengan muka muram, sekarang aku pulang dengan muka penuh menang.
Hari iti mama pulang sangat cepat dari kantor. Aku tidak menyadari bahwa mama sudah pulang karena aku berada di kamar di lantai atas. Aku sedang bermain gadget. Bahkan mama naik ke atas menuju kamarku pun aku tidak menyadarinya. Mama menarik gadget ku 

"Aku baru memainkannya dan mama menariknya dari ku."
"Diam kamu atau mama banting ini"
"Kalau Veri main gadget bisa lama, kenapa aku tidak boleh?"
"Dia anakku, kamu tidak!"
"Apa? Aku bukan anak mama? Kalau aku bukan anak mama, kenapa mama pelihara aku. Apalah guna ku di rumah ini?"
"Ya sudah..pergilah kamu dari rumah ini!"

Aku berlari ke kamarku dan membanting pintu. Tangis ku pecah. Mengapa mama berkata seperti itu padaku? Apakah mama tidak sadar dengan perkataan mama itu? Aku benci dengan semua ini.
Sudah seminggu aku tidak cakapan dengan mama. Aku masih merasa kesakitan dengan perkataan mama waktu itu.

"Sania, buka pintunya mama mau masuk."
"Ada apa?"
"Mama minta maaf ya atas perkataan mama waktu itu"
"Kok diam aja Sania"
"Iya Sudah lah, Ma. Walaupun aku masih sakit hati tapi aku sudah lupain kok. Aku tidak iningin mama memohon seperti itu pada ku hanya untuk minta maaf."

Sebesar apapun kesalahanku pasti mama maafkan. Kini aku harus memaafkan mama walaupun mama tidak minta maaf dan itu harus dilakukan sebelum mama minta maaf.

Langkah Menulis Komentar :

[1] Di Bagian "Berikan Komentar Sebagai". Klik Name/URL
[2] Nama : Isi Dengan Nama Anda
[3] URL : Isi Dengan Alamat e-mail / Website / Facebook / Twitter Anda
[4] Tulis Komentar anda Pada Kotak Kosong
[5] Klik Publikasikan

Harap Menjaga Sopan Santun Dalam Memberi Komentar / Kritik / Saran.
Terimakasih..
Jesus Bless Us..

Our Instagram Gallery